Mengenai Saya

Foto saya
Jangan Pernah melihat kekurangan orang lain,tapi lihatlah kekurangan kita.jangan pernah melihat kelebihan kita.tapi lihatlah kelebihan orang lain...

Rabu, 05 Maret 2014

METAFORA DAN PERUMPAMAAN (STUDI ANALISIS DALAM TEKS PIDATO BIDANG PENDIDIKAN GUBERNUR RIAU PERIODE 2008-2013).

METAFORA DAN PERUMPAMAAN (STUDI ANALISIS DALAM TEKS PIDATO BIDANG PENDIDIKAN GUBERNUR RIAU PERIODE 2008-2013).

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang dan masalah
1.1.1        Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi antaraanggota masyarakat berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa tersebut digunakan anggota masyarakat untuk memperlancar aktivitas yang dilakukan. Kalau bahasa tidak ada, tentu bisa menghemat aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, bahasa memegang peraran pentik dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia.
Bahasa sangat diperlukan berkomunikasi. Seandainya hidup tanpa bahasa tentu akan kaku, karena dengan bahasa aan menyatukan antaranggota satu dengan yang lainnya. Disimpulkan bahwa alat berkomunikasi antaranggota masyarakat yang berupa bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dinamakan dengan bahasa. Menurut Depdiknas (1997:77) “Bahasa adalah system lambing bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; percakapan (perkataan) yang baik; tingkah laku baik; sopan santun.”
Salah satu aspek berbicara adalah pidato. Pidato dapat dijadikan pedoman dalam penguasaan bahasa. Tentunya penguasaan bahasa pidato tidak terlepas dari arti/maksud pidato, tingkat variasi bahasa pidato, dan tujuan teks pidato tertentu. Bagian dari hal-hal yang diharusan di atas, tentu ditekan juga pada penyampaian teks pidato yang dilakukan secara jelas, terarah, dan sesuai dengan pesan pidato yang diinginkan.
Informasi bahasa teks pidato tidak sekedar mementingkan pidato yang bersifat meyakinkan dan membujuk, melainkan harus menjadi pidato yang baik. Dapat digarisbawahi bahwa pidato mengembangkan kemampuan berbahasa dengan menampilkan pidato dalam bentuk teks. Menurut Bormann (1991:137), “Orang-orang tertentu mencoba meyakinkan diri bahwa nereka tidak akan lupa dengan menulis semua pidato dan membacanya. Sewaktu-waktu pembicara memang memerlukan naskah tertulis karena alas an tertentu untuk menambah kepastian bahwa mereka tak akan lupa apa yang ingin dikatakan”.
Pidato itu terbentuk dikarenakan adanya retorika. Menurut Suhandang (2009:25), “Istilah Retorika dapat ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris dengan kata rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau pidato.” Dapat disimpulkan terbentunya pidato adanya kemampuan berbicara yang bisa disebut dengan retorika. Jadi, seseorang pandai berbicara berarti mempunyai kemampuan retorika. Tetapi retorika itu tidak bisa dikatakan sama dengan berbicara. Sebab, berbicara merupaan ungkapan pemikiran yang lebih menekankan pada berkata-kata atau bercakap-cakap, sedangkan retorika itu menekankan pada eterampilan dalam berbahasa. Kesimpulannya  bahwa berbicara dengan retorika saling mempengaruhi atau berkaitan.
Keterampilan bahasa terbagi beberapa bagian. Menurut Tarigan (1981:1), “Keterampilan bahasa mempunyai empat komponen yaitu: (a) keterampilan menyimak (listening skills), (b)keterampilan berbicara (speaking skills), (c) keterampilan membaca (reading skills), (d) keterampilan menulis (writing skills).” Keterampilan berbahasa bisa dilakukan dengan cara berpidato,diskusi, debat, seminar, dan lainnya.
Berbicara sangat diperlukan karena di mana pun ita berada selalu dituntut berbicara. Salah keterampilan berpidato ini dapat dikelompokan ke dalam komponen aspek berbicara dengan dengan tujuan penyampaian informasi kepada khalayakk ramai/masyarakat luas. Selain itu, berpatokan juga pada objek,situasi, dan berbicara khususnya pengusaan bahasa lisan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Harahap, dkk. (2006:2)
Di dalam kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan keterampilan yang paling sering kita lakukan dibandingkan keterampilan lainnya. Apa pun pekerjaan seorang mesti dituntut berbicara. Di manapun seseorang pasti ia berbicara dengan orang lain. Seorang guru mesti bicara pada anak didiknya. Pedagang harus berbicara pada pembelinya. Pengacara mesti pandai berbicara membela kliennya. Atasan wajib bicara pada bawahan. Pendek kata, apa pun profesi dan di manapun kita berada, harus berbicara kepada orang lain.
Bahasa yang diucapkan selalu berhubungan dengan makna kata yang telah diucapkan. Setiap makna kata  harus adanya tanda atau bunyi bahasa itu. Tuturan yang diucapkan harus mempunyai arti agar bisa dimengerti dan  sebaliknya para pengguna bahasa dalam bertutur satu sama lain tidak saling mengerti baik makna maupun kata. Maka, akan meyebutkan tuturan berbahasa ini tidak berjalan secara komunikatif.
Tarigan (1985:7) menyatakan,
            Secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantic’ penting; berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan; menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ seperti yang terdapat pada kata semaphore yang berarti “tiang sinyal yang digunakan sebagai tanda oleh kereta api.’ Semantik menelaah serta menggarap makna kata dan makna-makna yang diperoleh oleh masyarakat dari kata-kata.

Berdasarkan fenomena yang terjadi, terlihat dari perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan bidang lainnya. Sebaiknya kita sebagai bangsa Indonesia harus menyaring bahasa yang masuk Indonesia sehingga tidak mempengaruhi bahasa Indonesia iru sendiri. Kemudian, dalam memberikan informasi dengan istilah harus sesuai dengan fenomena yang terjadi.
 Sejalan dengan itu, Bormann (1991:161) mengemukakan,
Anda harus merasa pasti bahwa baik anda maupun pendengar anda mengerti apakah istilah-istilah yang didefenisikan itu ada dalam kenyataan yang dapat diobservasi dan yang defenisinya dapat diuji atau merupakan nama-nama orang atau peristiwa dalam mitos atau nama-nama konsep yang abstrak.
Secara umum, pidato yang tersedia di kantor Gubernur Riau yaitu pidato bidang keagamaan, pariwisata, dan penididkan. Jadi penulis mengambil khusus pidato bidang pendidikan. Pidato bidang pendidikan Gubernur Riau itu merupakan pidato yang bersifat kenegaraan dalam ruang lingkup formal, pidato yang biasanya pidato itu diifomasikan pada pendidikan maupun masyarakat luas. Oleh karena itu,  pidato Gubernur Riau mengunakan bahasa sederhana supaya dimengerti oleh khayalan ramai. Pidatu Gubernur Riau dibuat oleh team bagian pidato di Hubungan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi Riau.
Pidato pendidikan secara bahasa menggunakan metafora dan perumpamaan. Karena kata-kata itu digunakan untuk memperindah teks pidato dan tidak memnggubah maksud / pesan pidato yang disampaikan. Maka, dilihat dari segi mamfaat pidato itu dapat dijadikan renungan dalam kehidupan bermasyarakat.
            Melihat fenomena dilapangan, sebagian orang belum bisa menentukan dan membedakan mana metafora dan perumpamaan. Penjelasaan di atas dijelaskan berdasarkan contoh dibawah ini :
                        Bibirmu seksi ibarat buah delima
                        Bibirmu seksi termasuk metafora antropomorfis
                        Bibirmu seksi ibarat delima termasuk perumpamaan (menggunakan penanda ibarat)
            Menentukan yang dimaksud itu ialah diberikan berbentuk contoh, jika ditentukan mana metafora dan perumpamaan, secara umum tentu mengatakan bibirmu seksi ibarat buah delima termasuk gaya bahasa perumpamaan dan metafora hal itu benar adanya karena sama-sama membandingkan sesuatu hal. Dilihat lebih mendalam dari kalimat tersebut ternya salah. Pernyataan yang benar yaitu bibirmu seksi ibarat buah delima termasuk perumpamaan dengan alasan membandingkan dua hal yang sengaja dianggap sama dengan menggunakan kata penanda ibarat.
            Membedakan yang dimaksud itu ialah diberikan berbentuk contoh, jika dibedakan mana metafora dan perumpamaan, secara umum tentu menggatakan bibirmu seksi ibarat buah delima termasuk gaya bahasa perumpamaan dan metafora hal itu benar adanya karna sama-sama membandingkan sesuatu hal. Dilihat lebih mendalam dari kalimat tersebut ternyata salah. Pernyataan yang benar yaitu bibirmu seksi ibarat buah delima termasukn perumpamaan dengan alasan menggunakan penanda ibarat dengan membandingkan dua hal yang segaja dianggap sama dan bibirmu seksi termasuk metafora antroformorfis dengan alasan bentuknya singkat dan mengandung arti tidak sebenarnya dengan membandingkan sesuatu berhubungan dengan diri manusia.
            Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengkaji “ metafora dan perumpamaan ( Study Analisis dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013 ) “ dengan alasan sulitnya sebagian orang menentukan dan membedakan mana makna metafora dan perumpamaan dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau.
            Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan terdahulu, penelitian menngenai metafora dan perumpamaan dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau yang penulis lakukan ini termasuk penelitian yang berbeda dan baru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau yaitu penelitian dikantor Gubernur Riau. Yang berupa teks pidato pedidikan Gubernur Riau periode 2008-2013. Perbedaan tersebut dilihat dari masalah penelitian,objek penelitian, dan tenik penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Masalah penelitian mengenai apa sajakah metafora, perumpamaan, dan tema dalam teks pidato Gubernur Riau periode 2008-2013, objek penelitian berupa teks pidato bidang pendidikan Gubernur Riau periode 2008-2013,  sedangkan teknik yang digunakan yaitu teknik hermeneotik.
     Penelitian metafora dan perumpamaan dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau periode 2008-2013, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan oleh penulis lain dan ini merupakan penelitian pertama. Namun penelitian sejenis pernah dilakukan.
     Pertama, Iwan Saepudin mahasiswa FKIP UIR tahun 2004 dengan judul “ nilai-nilai gaya bahasa yang terkandung dalam Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar”. Penelitian Iwan Saepudin mengkaji dua masalah, yaitu nilai-nilai apa sajakah yang terkandung di dalam Nazam Nabi Muhammad  Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar, dan gaya bahasa apa sajakah yang digunakan dalam Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar. Teori yang digunakan yaitu teori dari Hamidi (1993), Tarigan (1982), Gaffar (1973) sedangkan penelitian Iwan Saepudin menggunaan metode deskriptif. Hasil dari penelitian Iwan Saepudin yaitu Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar mengandung beberapa nilai diantaranya nilai-nilai agama islam, nilai pendidikan, nilai sosial, dan nilai budaya. Nazam Nabi Muhammad mengandung beberapa gaya bahasa yaitu gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa deferpesonifikasi, gaya bahasa hiperbola, gaya bahasa metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa antonomasia, gaya bahasa anas trof(inverse), dan gaya bahasa alegori. Persamaan peneelitian penulis dengan penelitian Iwan Saepudin yaitu sama-sama membicarakan masalah gaya bahasa. Penelitian Iwan Saepudin gaya bahasa yang dibahas mengenai ”nilai-nilai dan gaya bahasa yang tergantung dalam Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kecamatan Kampar. “sedangkan penelitian penulisan mengenai “Metafora dan Perumpamaan (Studi Analisis dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013).” Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian penelitian Iwan Saepudin yaitu gaya bahasa yang dibahas hanya sekedar  menemuan saja dalam Nazam Nabi Muhammad lahir dan tidak dianalisis. Sedangkan penelitian penulis mendeskripsikan dan menganalisis gaya bahasa yaitu metafora, perumpamaan, dan tema dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau periode 2008-2013.
            Kedua, Siti Aisyah mahasiswa FKIP UIR tahun 2006 dengan judul “Kemampuan Berpidato Siswa Kelas II Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar  Tahun  Pelajaran 2005/2006”. Penelitian Siti Aisyah hanya mengkaji suatu masalah, yaitu bagaimana kemampuan pidato siswa kelas II Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Teori yang digunakan yaitu teori Arsyad(1998), Nurgiantoro(2001), Badudu (1998), Halim (1974), Sudjono (1999), sedangkan penelitian Siti Aisyah menggunakan metode observasi, tes, dan deskriptif. Hasil penelitian Siti Aisyah yaitu kemampuan pidato siswa kelas II Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Banginang Kabupaten Kampar mengandung bebrerapa kemampuan diantaranya pertama, kemampuan ketetapam ucapan siswa kelas II Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar tahun ajaran 2005/2006 tergolong baik.Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan ketepatan ucapan yang diperoleh adalah 4,37. Kedua, kemampuan ketepatan sasaran siswa kelas II  Madrasyah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar tahun pelajaran 2005/2006 tergolong baik.Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan ketepatan sasaran yang diperoleh adalah 4,23. Ketiga, kemampuan menggunakan kosa kata siswa yang diperoleh adalah 4,31. Keempat, kemampuan kelancaran siswa kelas II Madrasyah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar tahun pelajaran 2005/2006 tergolong baik. Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan kelancaran yang diperoleh adalah 4,63. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Siti Aisyah yaitu sama-sama membicarakan masalah pidato. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Siti Aisyah yaitu pidato yang di bahas mengenai kemampuan pidato siswa kelas II Madrasyah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar. Sedangkan penelitian penulis mengenai “Metafora dan Perumpamaan (Studi Analisis dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013)”.
            Ketiga,Hasni mahasiswa FKIP UIR tahun 2010 dengan judul “Analisis Makna dan Gaya Bahasa dalam Naskah Cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi”. Penelitian Hasni mengkaji dua masalah, yaitu makna apa sajakah yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi dan gaya bahasa apa sajakah yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi. Teori yang digunakan yaitu teori Tarigan (1985), Keraf (2000), dan Pateda (2001) sedangkan Penelitian Hasni menggunakan metode observasi,wawancara,heuristic, dan analisis teks. Hasil Penelitian Hasni yaitu makna yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi yaitu denotasi dan makna kiasan.Gaya bahasa yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi ini terdapat empat gaya bahasa yaitu gaya bahasa repetisi,gaya bahasa anafora,gaya bahasa perulangan(antanaklasis),dan gaya bahasa alegori.Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Hasni yaitu sama-sama membicarakan masalah gaya bahasa dan makna.Perbedaan penelitian penulis cengan penelitian Hasni yaitu gaya bahasa yang dibahas oleh saudara Hasni itu hanya sekedar menemukan gaya bahasa yang terdapat di dalam Randai bapak Sagiro tersebut,disini penulis membahas gaya bahasa dengan cara menemukan dan dianalisis. Sedangkan penulis mengkaji makna itu,dari gaya bahasa yang didapat dianalisis apa makna yang tersembunyi dalam gaya bahasa/ungkapan tersebut. Penelitian Hasni itu mengenai “ Analisis Makna dan Gaya Bahasa dalam Naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi” sedangkan penulis “Metafora dan Perumpamaan (Studi dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013)”. Dengan tiga masalah yaitu apa sajakah metafora yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013,apa sajakah perumpamaan yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013,dan apakah tema-tema yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013.

             


1.1.2        Masalah
Masalah yang akan teliti dalam penelitian ini adalah:
1.      Apa sajakah metafora yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau periode 2008-20013?
2.      Apa sajakah perumpamaan yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau 2008-2013?
3.      Apakah tema-tema yang terdapat dalam teks pidato Gubernur Riau 2008-2013?

1.1.3        Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melestarikan dan memperkaya pengetahuan mengenai warisan wacana  lisan yang telah diuji kebenarannya. Penelitian ini tentang “Metafora dan Perumpamaan (Studi Analisis dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013)”.
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
1.      Untu mendeskripsikan metafora yang terdapat dalam tes pidato pendidikan Gubernur Riau.
2.      Untuk mendeskripsikan perumpamaan yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau.
3.      Untuk Mendeskripsikan tema yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau.



 KESIMPULAN
Pidato dapat dijadikan pedoman dalam penguasaan bahasa. Tentunya penguasaan bahasa pidato tidak terlepas dari arti/maksud pidato, tingkat variasi bahasa pidato, dan tujuan teks pidato tertentu. Bagian dari hal-hal yang diharusan di atas, tentu ditekan juga pada penyampaian teks pidato yang dilakukan secara jelas, terarah, dan sesuai dengan pesan pidato yang diinginkan. Pidato itu terbentuk dikarenakan adanya retorika. Menurut Suhandang (2009:25), “Istilah Retorika dapat ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris dengan kata rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau pidato.” pidato yang biasanya pidato itu diifomasikan pada pendidikan maupun masyarakat luas. Oleh karena itu,  pidato Gubernur Riau mengunakan bahasa sederhana supaya dimengerti oleh khayalan ramai. Pidatu Gubernur Riau dibuat oleh team bagian pidato di Hubungan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi Riau. Pidato pendidikan secara bahasa menggunakan metafora dan perumpamaan. Karena kata-kata itu digunakan untuk memperindah teks pidato dan tidak memnggubah maksud / pesan pidato yang disampaikan. Maka, dilihat dari segi mamfaat pidato itu dapat dijadikan renungan dalam kehidupan bermasyarakat.


JESSY SUSANTI              VIVIN HERLINA                 NENTY SONALITA
116210014                         116211053                              116211043




Tidak ada komentar:

Posting Komentar