METAFORA DAN PERUMPAMAAN (STUDI
ANALISIS DALAM TEKS PIDATO BIDANG PENDIDIKAN GUBERNUR RIAU PERIODE 2008-2013).
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan masalah
1.1.1
Latar
Belakang
Bahasa
merupakan alat komunikasi antaraanggota masyarakat berupa bunyi-bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Bahasa tersebut digunakan anggota masyarakat untuk
memperlancar aktivitas yang dilakukan. Kalau bahasa tidak ada, tentu bisa
menghemat aktivitas masyarakat. Oleh karena itu, bahasa memegang peraran pentik
dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia.
Bahasa
sangat diperlukan berkomunikasi. Seandainya hidup tanpa bahasa tentu akan kaku,
karena dengan bahasa aan menyatukan antaranggota satu dengan yang lainnya.
Disimpulkan bahwa alat berkomunikasi antaranggota masyarakat yang berupa bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dinamakan dengan bahasa. Menurut
Depdiknas (1997:77) “Bahasa adalah system lambing bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama,
berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri; percakapan (perkataan) yang baik;
tingkah laku baik; sopan santun.”
Salah
satu aspek berbicara adalah pidato. Pidato dapat dijadikan pedoman dalam
penguasaan bahasa. Tentunya penguasaan bahasa pidato tidak terlepas dari arti/maksud
pidato, tingkat variasi bahasa pidato, dan tujuan teks pidato tertentu. Bagian
dari hal-hal yang diharusan di atas, tentu ditekan juga pada penyampaian teks
pidato yang dilakukan secara jelas, terarah, dan sesuai dengan pesan pidato
yang diinginkan.
Informasi
bahasa teks pidato tidak sekedar mementingkan pidato yang bersifat meyakinkan
dan membujuk, melainkan harus menjadi pidato yang baik. Dapat digarisbawahi
bahwa pidato mengembangkan kemampuan berbahasa dengan menampilkan pidato dalam
bentuk teks. Menurut Bormann (1991:137), “Orang-orang tertentu mencoba
meyakinkan diri bahwa nereka tidak akan lupa dengan menulis semua pidato dan
membacanya. Sewaktu-waktu pembicara memang memerlukan naskah tertulis karena
alas an tertentu untuk menambah kepastian bahwa mereka tak akan lupa apa yang
ingin dikatakan”.
Pidato
itu terbentuk dikarenakan adanya retorika. Menurut Suhandang (2009:25),
“Istilah Retorika dapat ditemukan
dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris dengan kata rhetoric yang berarti kepandaian berbicara atau pidato.” Dapat
disimpulkan terbentunya pidato adanya kemampuan berbicara yang bisa disebut
dengan retorika. Jadi, seseorang pandai berbicara berarti mempunyai kemampuan
retorika. Tetapi retorika itu tidak bisa dikatakan sama dengan berbicara.
Sebab, berbicara merupaan ungkapan pemikiran yang lebih menekankan pada
berkata-kata atau bercakap-cakap, sedangkan retorika itu menekankan pada
eterampilan dalam berbahasa. Kesimpulannya
bahwa berbicara dengan retorika saling mempengaruhi atau berkaitan.
Keterampilan
bahasa terbagi beberapa bagian. Menurut Tarigan (1981:1), “Keterampilan bahasa
mempunyai empat komponen yaitu: (a) keterampilan menyimak (listening skills), (b)keterampilan berbicara (speaking skills), (c) keterampilan membaca (reading skills), (d) keterampilan menulis (writing skills).” Keterampilan berbahasa bisa dilakukan dengan cara
berpidato,diskusi, debat, seminar, dan lainnya.
Berbicara
sangat diperlukan karena di mana pun ita berada selalu dituntut berbicara. Salah
keterampilan berpidato ini dapat dikelompokan ke dalam komponen aspek berbicara
dengan dengan tujuan penyampaian informasi kepada khalayakk ramai/masyarakat
luas. Selain itu, berpatokan juga pada objek,situasi, dan berbicara khususnya
pengusaan bahasa lisan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Harahap, dkk. (2006:2)
Di
dalam kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan keterampilan yang paling
sering kita lakukan dibandingkan keterampilan lainnya. Apa pun pekerjaan
seorang mesti dituntut berbicara. Di manapun seseorang pasti ia berbicara
dengan orang lain. Seorang guru mesti bicara pada anak didiknya. Pedagang harus
berbicara pada pembelinya. Pengacara mesti pandai berbicara membela kliennya.
Atasan wajib bicara pada bawahan. Pendek kata, apa pun profesi dan di manapun
kita berada, harus berbicara kepada orang lain.
Bahasa
yang diucapkan selalu berhubungan dengan makna kata yang telah diucapkan.
Setiap makna kata harus adanya tanda
atau bunyi bahasa itu. Tuturan yang diucapkan harus mempunyai arti agar bisa
dimengerti dan sebaliknya para pengguna
bahasa dalam bertutur satu sama lain tidak saling mengerti baik makna maupun
kata. Maka, akan meyebutkan tuturan berbahasa ini tidak berjalan secara
komunikatif.
Tarigan
(1985:7) menyatakan,
Secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantic’ penting; berarti’, yang
diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan;
menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ seperti yang terdapat pada kata
semaphore yang berarti “tiang sinyal
yang digunakan sebagai tanda oleh kereta api.’ Semantik menelaah serta
menggarap makna kata dan makna-makna yang diperoleh oleh masyarakat dari
kata-kata.
Berdasarkan fenomena yang terjadi,
terlihat dari perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan
bidang lainnya. Sebaiknya kita sebagai bangsa Indonesia harus menyaring bahasa
yang masuk Indonesia sehingga tidak mempengaruhi bahasa Indonesia iru sendiri.
Kemudian, dalam memberikan informasi dengan istilah harus sesuai dengan
fenomena yang terjadi.
Sejalan dengan itu, Bormann (1991:161)
mengemukakan,
Anda harus merasa pasti bahwa baik anda
maupun pendengar anda mengerti apakah istilah-istilah yang didefenisikan itu
ada dalam kenyataan yang dapat diobservasi dan yang defenisinya dapat diuji
atau merupakan nama-nama orang atau peristiwa dalam mitos atau nama-nama konsep
yang abstrak.
Secara umum, pidato
yang tersedia di kantor Gubernur Riau yaitu pidato bidang keagamaan,
pariwisata, dan penididkan. Jadi penulis mengambil khusus pidato bidang
pendidikan. Pidato bidang pendidikan Gubernur Riau itu merupakan pidato yang
bersifat kenegaraan dalam ruang lingkup formal, pidato yang biasanya pidato itu
diifomasikan pada pendidikan maupun masyarakat luas. Oleh karena itu, pidato Gubernur Riau mengunakan bahasa
sederhana supaya dimengerti oleh khayalan ramai. Pidatu Gubernur Riau dibuat
oleh team bagian pidato di Hubungan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi Riau.
Pidato pendidikan
secara bahasa menggunakan metafora dan perumpamaan. Karena kata-kata itu
digunakan untuk memperindah teks pidato dan tidak memnggubah maksud / pesan
pidato yang disampaikan. Maka, dilihat dari segi mamfaat pidato itu dapat
dijadikan renungan dalam kehidupan bermasyarakat.
Melihat fenomena dilapangan, sebagian orang belum bisa
menentukan dan membedakan mana metafora dan perumpamaan. Penjelasaan di atas
dijelaskan berdasarkan contoh dibawah ini :
Bibirmu
seksi ibarat buah delima
Bibirmu
seksi termasuk metafora antropomorfis
Bibirmu
seksi ibarat delima termasuk perumpamaan (menggunakan penanda ibarat)
Menentukan yang
dimaksud itu ialah diberikan berbentuk contoh, jika ditentukan mana metafora
dan perumpamaan, secara umum tentu mengatakan bibirmu seksi ibarat buah delima
termasuk gaya bahasa perumpamaan dan metafora hal itu benar adanya karena
sama-sama membandingkan sesuatu hal. Dilihat lebih mendalam dari kalimat
tersebut ternya salah. Pernyataan yang benar yaitu bibirmu seksi ibarat buah
delima termasuk perumpamaan dengan alasan membandingkan dua hal yang sengaja dianggap
sama dengan menggunakan kata penanda ibarat.
Membedakan
yang dimaksud itu ialah diberikan berbentuk contoh, jika dibedakan mana
metafora dan perumpamaan, secara umum tentu menggatakan bibirmu seksi ibarat
buah delima termasuk gaya bahasa perumpamaan dan metafora hal itu benar adanya
karna sama-sama membandingkan sesuatu hal. Dilihat lebih mendalam dari kalimat
tersebut ternyata salah. Pernyataan yang benar yaitu bibirmu seksi ibarat buah
delima termasukn perumpamaan dengan alasan menggunakan penanda ibarat dengan
membandingkan dua hal yang segaja dianggap sama dan bibirmu seksi termasuk
metafora antroformorfis dengan alasan bentuknya singkat dan mengandung arti
tidak sebenarnya dengan membandingkan sesuatu berhubungan dengan diri manusia.
Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik mengkaji “ metafora dan perumpamaan ( Study
Analisis dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013 )
“ dengan alasan sulitnya sebagian orang menentukan dan membedakan mana makna
metafora dan perumpamaan dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan
terdahulu, penelitian menngenai metafora dan perumpamaan dalam teks pidato
pendidikan Gubernur Riau yang penulis lakukan ini termasuk penelitian yang
berbeda dan baru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam
Riau yaitu penelitian dikantor Gubernur Riau. Yang berupa teks pidato pedidikan
Gubernur Riau periode 2008-2013. Perbedaan tersebut dilihat dari masalah
penelitian,objek penelitian, dan tenik penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini. Masalah penelitian mengenai apa sajakah metafora, perumpamaan,
dan tema dalam teks pidato Gubernur Riau periode 2008-2013, objek penelitian
berupa teks pidato bidang pendidikan Gubernur Riau periode 2008-2013, sedangkan teknik yang digunakan yaitu teknik
hermeneotik.
Penelitian metafora dan perumpamaan dalam teks pidato pendidikan
Gubernur Riau periode 2008-2013, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan
oleh penulis lain dan ini merupakan penelitian pertama. Namun penelitian
sejenis pernah dilakukan.
Pertama, Iwan Saepudin
mahasiswa FKIP UIR tahun 2004 dengan judul “ nilai-nilai gaya bahasa yang
terkandung dalam Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII
Koto Kampar Kabupaten Kampar”. Penelitian Iwan Saepudin mengkaji dua masalah,
yaitu nilai-nilai apa sajakah yang terkandung di dalam Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto
Kampar Kabupaten Kampar, dan gaya bahasa apa sajakah yang digunakan dalam Nazam
Nabi Muhammad Lahir di Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten
Kampar. Teori yang digunakan yaitu teori dari Hamidi (1993), Tarigan (1982),
Gaffar (1973) sedangkan penelitian Iwan Saepudin menggunaan metode deskriptif.
Hasil dari penelitian Iwan Saepudin yaitu Nazam Nabi Muhammad Lahir di Desa
Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar mengandung beberapa
nilai diantaranya nilai-nilai agama islam, nilai pendidikan, nilai sosial, dan
nilai budaya. Nazam Nabi Muhammad mengandung beberapa gaya bahasa yaitu gaya
bahasa personifikasi, gaya bahasa deferpesonifikasi, gaya bahasa hiperbola,
gaya bahasa metafora, gaya bahasa perumpamaan, gaya bahasa antonomasia, gaya
bahasa anas trof(inverse), dan gaya bahasa alegori. Persamaan peneelitian
penulis dengan penelitian Iwan Saepudin yaitu sama-sama membicarakan masalah
gaya bahasa. Penelitian Iwan Saepudin gaya bahasa yang dibahas mengenai
”nilai-nilai dan gaya bahasa yang tergantung dalam Nazam Nabi Muhammad Lahir di
Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar Kecamatan Kampar. “sedangkan
penelitian penulisan mengenai “Metafora dan Perumpamaan (Studi Analisis dalam
Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013).” Perbedaan
penelitian penulis dengan penelitian penelitian Iwan Saepudin yaitu gaya bahasa
yang dibahas hanya sekedar menemuan saja
dalam Nazam Nabi Muhammad lahir dan tidak dianalisis. Sedangkan penelitian
penulis mendeskripsikan dan menganalisis gaya bahasa yaitu metafora,
perumpamaan, dan tema dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau periode
2008-2013.
Kedua, Siti
Aisyah mahasiswa FKIP UIR tahun 2006 dengan judul “Kemampuan Berpidato Siswa
Kelas II Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan
Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun Pelajaran 2005/2006”. Penelitian Siti Aisyah
hanya mengkaji suatu masalah, yaitu bagaimana kemampuan pidato siswa kelas II
Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang
Kabupaten Kampar. Teori yang digunakan yaitu teori Arsyad(1998),
Nurgiantoro(2001), Badudu (1998), Halim (1974), Sudjono (1999), sedangkan
penelitian Siti Aisyah menggunakan metode observasi, tes, dan deskriptif. Hasil
penelitian Siti Aisyah yaitu kemampuan pidato siswa kelas II Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Banginang Kabupaten Kampar
mengandung bebrerapa kemampuan diantaranya pertama, kemampuan ketetapam ucapan
siswa kelas II Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah
Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar tahun ajaran 2005/2006 tergolong baik.Hal
ini terlihat dari rata-rata kemampuan ketepatan ucapan yang diperoleh adalah
4,37. Kedua, kemampuan ketepatan sasaran siswa kelas II Madrasyah Aliyah Pondok Pesantren Muallimin
Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar tahun pelajaran 2005/2006
tergolong baik.Hal ini terlihat dari rata-rata kemampuan ketepatan sasaran yang
diperoleh adalah 4,23. Ketiga, kemampuan menggunakan kosa kata siswa yang
diperoleh adalah 4,31. Keempat, kemampuan kelancaran siswa kelas II Madrasyah
Aliyah Pondok Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten
Kampar tahun pelajaran 2005/2006 tergolong baik. Hal ini terlihat dari
rata-rata kemampuan kelancaran yang diperoleh adalah 4,63. Persamaan penelitian
penulis dengan penelitian Siti Aisyah yaitu sama-sama membicarakan masalah
pidato. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Siti Aisyah yaitu pidato
yang di bahas mengenai kemampuan pidato siswa kelas II Madrasyah Aliyah Pondok
Pesantren Muallimin Muhammadiyah Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar.
Sedangkan penelitian penulis mengenai “Metafora dan Perumpamaan (Studi Analisis
dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013)”.
Ketiga,Hasni mahasiswa FKIP UIR tahun 2010 dengan judul
“Analisis Makna dan Gaya Bahasa dalam Naskah Cerita Randai Bapak Sagiro di Desa
Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi”. Penelitian Hasni mengkaji dua
masalah, yaitu makna apa sajakah yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak
Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi dan gaya bahasa apa
sajakah yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak
Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi. Teori yang digunakan yaitu teori Tarigan
(1985), Keraf (2000), dan Pateda (2001) sedangkan Penelitian Hasni menggunakan
metode observasi,wawancara,heuristic, dan analisis teks. Hasil Penelitian Hasni
yaitu makna yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa
Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi yaitu denotasi dan makna kiasan.Gaya
bahasa yang terdapat dalam naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak
Air Hitam Kabupaten Kuantan Singingi ini terdapat empat gaya bahasa yaitu gaya
bahasa repetisi,gaya bahasa anafora,gaya bahasa perulangan(antanaklasis),dan
gaya bahasa alegori.Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Hasni yaitu
sama-sama membicarakan masalah gaya bahasa dan makna.Perbedaan penelitian
penulis cengan penelitian Hasni yaitu gaya bahasa yang dibahas oleh saudara
Hasni itu hanya sekedar menemukan gaya bahasa yang terdapat di dalam Randai
bapak Sagiro tersebut,disini penulis membahas gaya bahasa dengan cara menemukan
dan dianalisis. Sedangkan penulis mengkaji makna itu,dari gaya bahasa yang
didapat dianalisis apa makna yang tersembunyi dalam gaya bahasa/ungkapan
tersebut. Penelitian Hasni itu mengenai “ Analisis Makna dan Gaya Bahasa dalam
Naskah cerita Randai Bapak Sagiro di Desa Teratak Air Hitam Kabupaten Kuantan
Singingi” sedangkan penulis “Metafora dan Perumpamaan (Studi dalam Teks Pidato
Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013)”. Dengan tiga masalah yaitu
apa sajakah metafora yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau
Periode 2008-2013,apa sajakah perumpamaan yang terdapat dalam teks pidato
pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013,dan apakah tema-tema yang terdapat
dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013.
1.1.2
Masalah
Masalah
yang akan teliti dalam penelitian ini adalah:
1. Apa
sajakah metafora yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau
periode 2008-20013?
2. Apa
sajakah perumpamaan yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau
2008-2013?
3. Apakah
tema-tema yang terdapat dalam teks pidato Gubernur Riau 2008-2013?
1.1.3
Tujuan
Penelitian
Secara
umum penelitian ini bertujuan untuk melestarikan dan memperkaya pengetahuan
mengenai warisan wacana lisan yang telah
diuji kebenarannya. Penelitian ini tentang “Metafora dan Perumpamaan (Studi
Analisis dalam Teks Pidato Bidang Pendidikan Gubernur Riau Periode 2008-2013)”.
Secara
khusus penelitian ini bertujuan:
1. Untu
mendeskripsikan metafora yang terdapat dalam tes pidato pendidikan Gubernur
Riau.
2. Untuk
mendeskripsikan perumpamaan yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur
Riau.
3. Untuk
Mendeskripsikan tema yang terdapat dalam teks pidato pendidikan Gubernur Riau.
KESIMPULAN
Pidato dapat dijadikan
pedoman dalam penguasaan bahasa. Tentunya penguasaan bahasa pidato tidak
terlepas dari arti/maksud pidato, tingkat variasi bahasa pidato, dan tujuan
teks pidato tertentu. Bagian dari hal-hal yang diharusan di atas, tentu ditekan
juga pada penyampaian teks pidato yang dilakukan secara jelas, terarah, dan
sesuai dengan pesan pidato yang diinginkan. Pidato itu terbentuk dikarenakan
adanya retorika. Menurut Suhandang (2009:25), “Istilah Retorika dapat ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Inggris
dengan kata rhetoric yang berarti
kepandaian berbicara atau pidato.” pidato yang biasanya pidato itu diifomasikan
pada pendidikan maupun masyarakat luas. Oleh karena itu, pidato Gubernur Riau mengunakan bahasa
sederhana supaya dimengerti oleh khayalan ramai. Pidatu Gubernur Riau dibuat
oleh team bagian pidato di Hubungan Masyarakat Sekretaris Daerah Provinsi Riau.
Pidato pendidikan secara bahasa menggunakan metafora dan perumpamaan. Karena
kata-kata itu digunakan untuk memperindah teks pidato dan tidak memnggubah
maksud / pesan pidato yang disampaikan. Maka, dilihat dari segi mamfaat pidato
itu dapat dijadikan renungan dalam kehidupan bermasyarakat.
JESSY
SUSANTI VIVIN HERLINA NENTY SONALITA
116210014 116211053 116211043
Tidak ada komentar:
Posting Komentar